6 dari 10 Kreator Gak Paham Aturan Algoritma Ini!
Algoritma selalu berubah, tapi ada prinsip yang tidak akan berubah seiring waktu. Lo harus tahu!
Hari ini gue mau bahas salah satu kesalahan paling sering yang dilakuin kreator konten:
Mereka mikir, “Gue udah capek-capek bikin konten, masa engagement-nya segini doang?”
Padahal, algoritma Instagram (dan platform lainnya) gak peduli lo udah ngedit 3 jam, mikir caption semalaman, atau pakai kamera Rp20 juta. Yang dilihat algoritma cuma satu hal:
Respon orang.
Masalahnya, banyak kreator bikin konten seolah-olah algoritma bisa baca niat baik kita para kreator. Padahal kenyataannya, yang dinilai itu bukan effort kita, tapi impact dari konten kita ke target audiens kita.
"Effort doesn’t get rewarded. Reaction does."
— Instagram Algorithm (kalau bisa ngomong 😄)
Newsletter ini gue tulis buat bantu lo ngerti logika di balik performa konten, dan gimana caranya bikin konten lo lebih “terlihat” dan dipush lebih jauh.
📌 Gue bakal kupas tuntas biar para pemula — kayak lo — ngerti cara mainnya dengan petunjuk yang langsung bisa lo aplikasikan dengan mudah:
Gimana algoritma sebenernya kerja di balik layar,
3 sinyal yang bikin konten lo diprioritaskan.
Tips praktis biar konten lo bisa ‘nempel’ lebih kuat ke audiens.
🧠 Algoritma Gak Peduli Seberapa Keras Lo Usaha — Tapi Seberapa Kuat Respons Orang!
Lo mungkin pernah ngedit konten selama berjam-jam. Bikin script yang niat. Nyari footage, potong-potong, kasih caption yang puitis. Tapi begitu diposting…
Kriik, kriik…….
Engagement sepi. View gak naik-naik. Like-nya kalah sama foto random orang yang upload story kucing.
Lo ngerasa gak dihargai.
Tapi faktanya:
Algoritma gak ngerti lo udah usaha. Yang dia lihat cuma: orang lain peduli atau enggak.
“The algorithm doesn’t care how much effort you put into your post.
It only cares about how people respond.”
— @imdanielaqueiroz
Dan itu bener.
Di mata algoritma, semua konten diperlakukan netral saat pertama kali muncul. Entah itu diedit di Adobe Premiere selama 3 jam atau direkam di parkiran pakai HP 20 juta.
Yang bikin konten lo “naik” adalah respons awal dari audiens.
Apakah mereka berhenti scroll?
Apakah mereka stay nonton sampe habis?
Apakah mereka like, share, comment, save?
Semua sinyal itu — itulah mata uangnya algoritma.
Sinyal Pertama: Stop the Scroll
Sebelum orang bisa engage, sebelum mereka baca caption, sebelum mereka klik like, konten lo harus bikin mereka BERHENTI SCROLL.
Itu tugas pertama kita sebagai kreator: Bikin orang berhenti scroll. Karena bagi algoritma, sinyal paling awal yang penting banget adalah:
“Orang berhenti di konten ini lebih lama daripada konten lain.”
Itu artinya: ada rasa penasaran. Ada rasa relate. Ada rasa “eh bentar, ini gue banget.”
Dan itu cukup buat bikin Dewi Algoritma mikir:
“Hmm… konten ini menarik buat orang-orang kayak dia. Kita tes kasih ke orang yang serupa.” Boom. Konten lo mulai dipush lebih jauh.
Gimana caranya bikin orang stop scroll?
Ada 3 elemen penting:
Sparking Curiosity di 3 detik pertama
→ Jangan mulai dari “halo guys”, — basi bro! — hooknya harus langsung bikin orang penasaran, “80% orang nyesel karena satu hal ini…”Relatable hook
→ Masuk ke pain point atau aspirasi yang mereka simpan diam-diam.Obvious value
→ Tunjukin kenapa mereka harus peduli.
(“Kalau lo baca ini sampe habis, gue kasih lo sistem buat grow akun kecil.”)
Quick format scroll-stopping (yang terbukti works):
“Kenapa X gak pernah berhasil buat Y”
“3 kesalahan umum saat lo mulai…”
“Banyak yang mikir ini lebay. Tapi nyatanya…”
“Gue pernah gagal total karena satu hal ini…”
Yang penting:
Singkat (6–8 kata)
Bahasa audiens, bukan bahasa buku
Kasih ruang untuk rasa penasaran
Bukan konten yang paling niat yang menang. Tapi yang paling bisa bikin orang berhenti dan mikir, “ini gue banget!”
Sinyal Kedua: Hold Attention
Berhasil bikin orang berhenti scroll?
Nice. Tapi pertanyaan selanjutnya:
Apakah mereka stay sampai habis?
Buat algoritma, berhenti scroll itu baru sinyal awal. Tapi retention — alias seberapa lama orang nonton/baca konten lo — jauh lebih kuat pengaruhnya.
“The longer they stay, the stronger the signal.”
— Instagram internal report (via Creator Academy)
Kalau lo bikin carousel, tapi slide kedua udah bikin orang kabur?
Kalau lo bikin video, tapi orang cuma nonton 2 detik terus skip?
Ya… sinyalnya lemah.
Algoritma nganggep konten lo gagal mempertahankan perhatian.
Cara Bikin Orang STAY:
Keep it simple
Jangan over-complicate. Satu konten = satu pesan utama.Bikin konten punya rhythm
Kalau carousel, kasih flow. Slide 1 bikin penasaran. Slide 2 mulai jawab. Slide 3 kasih solusi atau insight.Gunakan bahasa yang natural & relatable
Jangan sok puitis. Jangan kaku kayak buku kuliah.Tahan punchline atau jawaban
Biar orang punya alasan buat terus swipe atau stay nonton.
Contoh konten yang “menahan” audiens:
Slide pertama: “Gue baru sadar kenapa konten gue gak pernah viral.”
Slide kedua: “Dan ternyata, salahnya udah gue ulang lebih dari 100 kali…”
Slide ketiga: “Gue breakdown di sini biar lo gak ngulangin.”
Format ini bikin orang STAY karena ada janji insight — dan lo deliver pelan-pelan.
Attention is a gift. Tapi retention itu bukti bahwa lo pantas didengerin.
Sinyal Ketiga: Quick Engagement
Setelah audiens berhenti dan stay, apa yang mereka lakukan?
Platform bukan cuma ngeliat berapa lama orang nonton/baca, tapi apakah mereka cukup “tergerak” buat ngelakuin sesuatu. Like, comment, save, share, atau bahkan visit profil.
Dan ini disebut sebagai quick engagement — sinyal bahwa konten lo gak cuma numpang lewat, tapi berhasil mengundang respon cepat.
“Komentar pertama dalam 5 menit punya bobot lebih besar dibanding komentar ke-50 setelah 5 jam.”
— Meta for Creators
Itulah kenapa kreator besar sering nyelipin CTA (call to action) di awal atau tengah konten, bukan cuma di akhir.
Cara Memancing Engagement:
Gunakan pertanyaan yang triggering
Daripada “Setuju gak?”, coba:
→ “Lo masih percaya jam upload ngaruh gak?”
→ “Lo tim percaya ‘konten harus cantik’ atau ‘yang penting jujur’?”Dorong interaksi ringan
Like, tap, swipe. Bukan selalu harus komen panjang.
→ “Kalau pernah ngalamin ini, tap ❤️”
→ “Swipe sampai akhir, gue spill triknya.”CTA mikro tapi spesifik
→ “Kalau lo juga ngalamin, tulis: ‘Gue juga!’”
→ “Kalau pengen part 2, komen ‘lanjut!’”Ciptakan momen ‘gue banget’
Konten yang personal, bikin orang pengen ikut nimbrung.
“Gila, ini gue banget sih.” — ini komentar yang lebih sering muncul dari konten yang mengena dibanding konten viral doang.
Engagement itu kayak ngobrol.
Kalo lo kasih sesuatu yang bikin orang pengen bales, obrolan akan jalan.
Konten bukan iklan sepihak. Tapi ajakan untuk interaksi.
Dan algoritma sayang sama konten yang bikin “keramaian” di awal.
🎯 Recap dari Episode ini:
Kalau lo mau konten lo jalan sendiri, fokus ke 3 sinyal utama ini:
Stop the Scroll
→ Bikin orang berhenti lewat hook yang relevan + visual yang nyantol.Hold the Attention
→ Buat konten lo mengalir, satu pesan satu konten, dan kasih “janji” insight.Drive Engagement Cepat
→ Jangan malu minta orang tap/komen/save — asalkan kontekstual.
Kuncinya?
Relevansi + Emosi + Ritme.
Konten powerful bukan cuma dilihat. Tapi dirasain, dan direspons.
Kalau newsletter ini membantu, jangan lupa share ya biar lebih banyak orang yang makin ngerti tentang algoritma ini!
Stay tuned. 😉
Sahabat lo,
Arif – @jadipossible
By the way…
Banyak yang mikir akun kecil gak bisa cuan.
Padahal justru akun kecil yang positioning-nya tajem, sering banget dipilih brand duluan.
Kalau lo mau tahu kenapa bisa begitu (dan gimana cara bangunnya), lo bisa ikut webinar gue & Silke (@diskonkalori) minggu ini:
Cuan dari Sosmed untuk Pemula
🎟️ Diskon khusus buat 15 orang pertama → pakai kode: SIKAT