Cara Biar Brand Kita Diingat Oleh Orang Lain!
Ada banyak brand yang lahir tiap tahun, bulan, even hari. Niche bukan lagi pembeda. Lalu apa?
Hari ini, gue mau ngajak lo ngerti satu hal penting yang jarang dibahas kreator: Kenapa lo butuh punya brand positioning yang jelas — bahkan sebelum lo bikin konten.
Di dunia yang isinya konten copy-paste, kreator seragam, dan niche yang makin jenuh. Satu-satunya alasan orang bakal mengingat lo adalah karena lo punya posisi yang spesifik di kepala mereka.
Dan ini bukan soal desain feed, bukan soal warna, bahkan bukan soal seberapa pintar lo ngomong di video.
📌 Ini soal: Apa yang bikin orang ngerasa, “Nah, ini cocok banget buat gue!”
Sayangnya, kebanyakan kreator:
Gak tahu mereka mau dikenal sebagai siapa,
Gak bisa jawab dengan jelas: “Konten gue buat siapa & bantu mereka dari apa,”
Gak sadar mereka cuma jadi “versi murah” dari kreator lain yang udah lebih duluan. Pedes ya?
Brand positioning bukan sekadar estetika. Ini strategi.
Strategi biar lo gak sekadar bikin konten — tapi bikin kesan.
Di episode ini, lo akan belajar:
Bedanya kreator yang punya positioning vs yang nggak,
Framework 3 elemen kunci bikin positioning yang nempel,
Contoh nyata positioning yang bikin konten dan diri lo lebih dipercaya, bukan cuma ditonton lalu udah.
🔍 1. Kenapa Brand Positioning Penting Buat Kreator?
Lo mungkin udah bikin ratusan konten. Lo juga mungkin udah ngerti algoritma, udah ngerti cara bikin hook, bahkan bisa dapet reach yang lumayan stabil.
Tapi lo masih ngerasa ada yang janggal:
Orang nonton, tapi gak follow.
Orang follow, tapi gak nempel.
Orang nempel, tapi gak beli.
Masalahnya bisa jadi bukan di kualitas konten. Tapi di positioning lo yang belum jelas.
Apa Itu Brand Positioning?
Brand positioning = cara lo ingin dikenal di kepala orang.
Kalau lo tanya followers lo;
“Gue ini kreator yang bantu siapa, ngapain, dengan cara gimana?”
dan mereka gak bisa jawab dalam 1 kalimat → positioning lo belum kuat.
Positioning bukan cuma buat bisnis gede atau produk mahal.
Buat kreator, ini fondasi kenapa konten lo bisa:
Diingat
Dikenal
Dipercaya
Dan akhirnya: dibayar
Analogi Kasar:
Bayangin lo jual air minum.
Kalau lo cuma bilang “ini air minum”, lo bersaing sama ribuan brand lain.
Tapi kalau lo bilang: “ini air minum buat atlet lari jarak jauh, dengan elektrolit alami yang gak bikin kembung.”
Boom. Itu positioning.
Konten pun sama.
Bukan cuma “ngasih tips”, tapi ngasih rasa dan identitas:
"Gue bikin konten tentang X, buat orang seperti Y, dengan sudut pandang Z.
Kenapa Tanpa Positioning, Konten Lo Gampang Dilupakan?
Karena otak orang itu malas mikir.
Kalau konten lo generik, gak ada pembeda, gak ada emosi yang ngena, otak mereka bakal bilang:
“Kayaknya gue udah pernah liat konten kayak gini.”
Dan scroll lagi.
Konten itu ibarat sinyal.
Positioning itu ibarat frekuensi.
Kalau lo asal lempar sinyal, gak ada yang nangkep.
Tapi kalau lo setel frekuensinya tepat — langsung klik.
Langsung kena ke orang yang butuh.
Dan dari situ kepercayaan terbentuk.
Dan dari kepercayaan, datanglah cuan.
2. 3 Elemen Kunci Brand Positioning (Framework Simpel buat Kreator)
Brand positioning itu bukan sekadar “gue mau dikenal sebagai orang yang ngebahas X.”
Tapi: gue mau dikenal karena gue bantu orang tertentu, menyelesaikan masalah tertentu, dengan cara tertentu.
Framework-nya simpel banget — kayak gini:
[Lo bantu siapa] → [Masalah apa yang lo selesaikan] → [Gaya/pendekatan/solusi dari lo].
Yuk kita bedah satu-satu:
A. Siapa yang Lo Bantu?
Banyak kreator gagal di titik ini: mereka ngira kontennya untuk “semua orang”.
Padahal, “semua orang” = gak akan ada orang yang merasa ini buat gue.
Lo harus berani menyebut siapa target lo:
Mahasiswa semester akhir yang buntu skripsi.
Ibu kantoran yang pengen mulai side hustle.
Pria 30-an yang pengen belajar investasi dari nol.
Kenapa ini penting?
Karena saat mereka lihat konten lo, mereka akan ngerasa:
“Ini gue banget. Akhirnya ada yang ngomongin ini buat gue.”
B. Masalah Spesifik yang Lo Selesaikan
Konten yang powerful itu bukan sekadar informatif, tapi relevan sama luka mereka.
Makanya, lo perlu ngerti: keluhan utama mereka apa?
Contoh:
Bukan cuma “ngajarin bikin konten”, tapi “bantu orang sibuk tetap konsisten ngonten tanpa burnout.”
Bukan cuma “ngajarin investasi”, tapi “bantu pemula yang takut rugi mulai investasi kecil-kecilan.”
📌 Tips: Tulis 3–5 kalimat “keluhan real/masalah umum” yang sering dialami oleh target audiens lo. Itu bahan positioning lo.
C. Gaya & Pendekatan yang Lo Punya (Voice)
Nah, ini yang bikin lo beda dari kreator lain yang bahas topik sama.
Lo bisa ngajar hal yang sama, tapi dengan pendekatan yang unik:
Lo serius & otoritatif (kayak mentor),
Lo jujur & emosional (kayak teman curhat),
Lo fun & nyantai (kayak temen nongkrong).
Misalnya:
"Gue ngajarin cara ngonten untuk introvert, dengan pendekatan pelan, observatif, dan gak harus nunjukin muka (faceless)."
Gaya ini penting, karena ini yang bikin audiens bilang:
“Gue suka cara dia ngomongin ini.”
🔑 Bonus: Rumus 1 Kalimat Positioning
Gunain formula ini buat ngetes positioning lo sendiri:
"Gue bantu [siapa] buat [hasil] lewat [pendekatan/cara/solusi unik lo]."
Contoh:
“Gue bantu ibu pekerja bangun personal brand di Instagram, tanpa harus tampil depan kamera.”
“Gue bantu kreator pemula bikin konten dari ide yang mereka pikir ‘gak penting’ jadi konten yang bisa dijual.”
Kalau lo bisa bikin ini jelas — selamat, lo udah selangkah lebih kuat dari 90% kreator lain yang masih random posting.
3. Contoh Creator: Gagal vs Berhasil dalam Positioning
Gue pernah ada di fase ini:
→ Bikin konten tiap hari.
→ Reach-nya kadang naik, kadang turun.
→ Followers bertambah... tapi gak ada yang stay.
→ Dan yang paling nyesek: gak ada yang cuannya.
Waktu itu, positioning gue masih kabur. Gue cuma pengen bantu orang “belajar social media”, tanpa mikir:
“Siapa yang gue bantu? Buat apa? Dengan cara gimana?”
📉 Akhirnya?
Konten gue benar, tapi gak berasa.
Gue kayak ngulangin apa yang kreator lain udah bilang, tanpa suara (POV) gue sendiri.
Turning Point: Gue Ganti Cara Pandang
Gue mulai nanya hal ini ke diri sendiri:
Gue paling pengen bantu siapa?
Masalah terbesar yang mereka rasain itu apa?
Gaya gue ngajarin tuh kayak gimana sih — serius? chill? ngasih solusi praktis? cerita dulu baru strategi?
Dan akhirnya lahirlah positioning ini:
“Gue bantu pekerja kantoran dan pemula yang pengen mulai jadi solopreneur, tanpa modal besar dan tanpa harus viral dulu.”
Dengan gaya: low-key, no-BS, storytelling, dan strategi yang udah terbukti.
Orang jadi tau gue itu tempat belajar buat “side hustle yang masuk akal”.
Engagement naik bukan karena kontennya viral, tapi karena impact dari kontennya yang resonan dengan bisnisnya/produknya.
Monetisasi jalan lebih stabil, karena trust yang dibangun udah sesuai konteks mereka.
Gue gak lagi ngejar jadi yang paling keren —
Gue fokus jadi yang paling relate dan berguna buat orang yang butuh perspektif kayak gue.
⚖️ Gagal vs Solid Positioning (Versi Gue)
1. Siapa Audiens Lo?
❌ Gagal: “Siapa aja yang mau belajar.”
✅ Solid: “Pekerja kantoran/pemula yang mau jadi solopreneur.”
2. Masalah Apa yang Lo Selesaikan?
❌ Gagal: “Ngasih tips social media.”
✅ Solid: “Bantu orang yang bingung mulai bisnis, takut gagal, dan gak punya modal.”
3. Gaya Komunikasi Lo?
❌ Gagal: Fokus ke informasi teknis.
✅ Solid: Storytelling yang relatable, praktikal, dan anti-sok sukses.
4. Dampak yang Dirasain?
❌ Gagal: Dapat reach random, gak nempel di audiens.
✅ Solid: Dapat follower loyal, trust tinggi, dan lebih gampang closing produk.
4. Checklist: Uji Brand Positioning Lo Hari Ini
Brand positioning itu bukan hal ribet yang harus lo pikirin berbulan-bulan.
Tapi dia harus sengaja lo bentuk, bukan ngambang dan kebetulan.
Nah, berikut pertanyaan sederhana tapi dalam — buat ngetes sekuat apa positioning lo saat ini:
Cek Diri Lo:
1. Bisa gak lo jawab dalam 1 kalimat:
“Gue bantu [siapa] buat [hasil apa] lewat [cara khas lo]”?
Kalau masih muter-muter atau bingung… berarti positioning lo belum solid.
2. Apakah audiens lo tau mereka lagi ‘ngobrol’ sama siapa?
Kalau mereka follow 10 akun lain, kenapa harus stay di akun lo?
3. Apakah konten lo menyasar masalah yang kerasa?
Misal: takut gagal, stuck, bingung mulai, burnout — bukan cuma “tips random” yang gak berasa di hidup mereka.
4. Kalau lo berhenti upload seminggu, ada yang nyariin?
Kalau gak ada... bisa jadi lo belum ngasih makna spesifik buat audiens lo.
5. Kalau lo bikin produk hari ini, orang tau gak itu ‘produk lo banget’?
Kalau positioning kuat, orang langsung bisa nebak:
“Wah, ini pas banget sama masalah gue. Ini pasti dari dia.”
🧠 Kalau lo nemu lebih banyak “belum” daripada “udah”...
Bukan berarti lo gagal. Tapi itu sinyal:
Udah waktunya lo bentuk positioning lo dengan sadar dan strategis.
📌 Lo bukan cuma kreator. Lo adalah brand.
Dan brand yang gak punya posisi… bakal ketiban shadow dari brand lain yang punya arah jelas.
Bangun Positioning Lo Bareng Gue
Kalau setelah baca ini lo ngerasa:
“Gue ternyata belum punya positioning yang jelas.”
“Pantesan konten gue susah nempel & trust-nya lama banget dibangun.”
“Gue mau mulai serius ngebangun brand gue, bukan cuma posting konten tiap hari.”
…gue udah siap bantu lo.
📦 Di course Instagram Mastery for Beginner & Intermediate, gue ngajarin dari nol gimana:
Menentukan niche dan positioning yang relevan dan menguntungkan,
Bikin konten yang gak cuma bagus, tapi nyambung ke siapa lo bantu,
Bangun sistem konten yang bisa jalan terus tanpa harus lo capek tiap hari.
Gue gak ngajarin lo jadi viral.
Gue ngajarin lo jadi bernilai dan dipercaya — biar cuan bisa datang berkali-kali.
Kalau lo siap mulai, lo bisa langsung akses course-nya di sini:
👉 https://jadipossible.myr.id/
Mulai dari positioning lo hari ini.
Karena konten bisa ditiru. Tapi posisi lo di kepala audiens — itu yang gak tergantikan.
Next, gue bakal bahas tentang Positioning untuk produk/bisnis. Karena banyak teman-teman di sini yang ternyata adalah brand owner juga tapi masih bingung. Biarkan gue bantu teman-teman semua.
See you next week ;-)
Sahabat Lo,