Cara Gue Ngonten di 4 Channel Sendirian
Newsletter, X, Threads, Instagram — semua tanpa tim. GUE BISA KERJA SENDIRI.
Gue sering banget dapet pertanyaan kayak gini:
“Bang, gimana caranya bisa rutin posting di Instagram, Threads, X... sambil kirim newsletter tiap minggu, tapi gak punya tim sama sekali?”
Jujur ya, gue paham banget kenapa pertanyaan itu muncul.
Karena dari luar keliatannya gampang. Padahal kalau lo gak punya sistem, bikin 1 konten aja bisa makan waktu berjam-jam.
Gue sendiri ngerjain semua sendirian.
✅ Newsletter tiap Selasa pagi.
✅ Post di X, Threads, Instagram.
✅ Semua gue tulis, gue edit, gue publish sendiri.
Dan gue bukan orang yang punya waktu luang seharian cuma buat ngonten.
Gue juga kerja, gue juga punya keluarga.
Makanya, kalau ada yang bilang:
“Gak bisa konsisten karena gak ada tim.”
Gue selalu bilang: bukan tim yang lo butuh.
Yang lo butuh itu sistem.
Karena kebanyakan orang gagal bukan karena males.
Bukan karena gak mau posting.
Tapi karena tiap hari mikir dari nol.
Nulis dari nol.
Edit dari nol.
Capek sendiri.
➡️ Akhirnya berhenti.
Gue gak mau kayak gitu.
Makanya gue bikin cara kerja yang paling fit dengan situasi dan kondisi gue.
Intinya:
Bikin 1 konten master → dari situ lo pecah jadi banyak.
✅ Newsletter → dijadiin Thread, Post Threads, Caption IG, bahkan hook reels.
✅ Sekali kerja → 2-4 channel keisi.
✅ Gak bikin ulang, cuma adaptasi dari yang udah ada.
Sekali kerja, banyak platform sekaligus.
Karena buat gue, kunci solopreneur itu bukan kerja keras tiap hari, tapi kerja cerdas dengan sistem yang enteng dijalanin.
1/ Kenapa Sistem Itu Bukan Opsional Buat Solo Creator.
Kalau lo creator solo—tanpa tim, tanpa editor, tanpa manager—sistem itu bukan bonus.
Itu kebutuhan.
Kenapa?
Karena konten bukan kerja satu langkah.
Konten = proses multi-step yang makan waktu dan energi:
✅ Ideasi
✅ Riset
✅ Nulis
✅ Edit
✅ Publish
✅ Distribusi
Kalau semua itu dikerjain spontan, tiap hari mikir dari nol, lo habis di context switching.
Context Switching Cost adalah istilah produktivitas yang dijelasin Cal Newport di Deep Work.
➡️ Otak manusia itu jelek dalam pindah-pindah tugas.
➡️ Setiap kali ganti konteks, lo buang energi buat orientasi ulang.
➡️ Hasilnya: capek lebih cepat, produktivitas anjlok.
Dalam ngonten?
✅ Ide dadakan → nulis belum selesai → buka Canva → ke CapCut → ke Notes lagi.
Capek duluan sebelum publish.
Penelitian McKinsey bilang knowledge worker bisa kehilangan 20–80% produktivitas gara-gara context switching berlebihan.
Sumber: McKinsey Global Institute, “The social economy: Unlocking value and productivity through social technologies” (2012)
Itu kenapa gue selalu menyarankan “bikin sistem, bikin sistem, bikin sistem” ke orang-orang apalagi solo-creator.
Bukan soal gaya doang.
Bukan buat keliatan rapi.
Tapi biar lo bisa ngurangin context switching → kerjain konten secara batch dan repeatable.
Justin Welsh bilang:
“Systems are there when motivation isn't.”
Artinya: sistem ngasih lo cara kerja yang bisa dijalanin bahkan pas mood drop, ide buntu, atau hari lo lagi sibuk.
Intinya:
Menjadi solo-creator yang konsisten itu gak cukup cuma niat dan motivasi.
Tapi dari sistem yang fit sehingga kerjaan lebih efisien dan efektif.
Yang bikin prosesnya repeatable.
Yang bisa mereduksi lompat-lompat fokus — switching context itu tadi.
That's why gue bilang di awal;
Sistem itu bukan opsi. Tapi pondasi.
2/ Bukan Cuma Sistem, Tapi Sistem yang Nge-leverage.
Oke. Lo udah ngerti kenapa sistem itu wajib.
Tapi sekarang pertanyaan berikutnya:
➡️ Sistem kayak apa?
Karena jujur aja, banyak orang mikir “punya sistem” itu diidentikkan dengan;
✅ Jadwal posting,
✅ Notion page yang rapi,
✅ Checklist harian,
✅ Posting Calendar.
Padahal kalau lo solo-creator, itu belum cukup.
Yang kita butuh itu leverage.
➡️ Biar sekali kerja → banyak hasil.
➡️ Biar 1 ide → bisa dipakai 5 kali.
➡️ Biar lo bisa keliatan ada di mana-mana tanpa kerja 24 jam.
Justin Welsh nyebut ini Hub & Spoke Model di Content Operating System.
Konsepnya simple banget:
✅ Lo bikin 1 konten inti (Hub).
✅ Lalu lo potong, adaptasi, ubah → jadi konten-konten pendek (Spokes).
Dia bilang:
“A Hub is Long-Form Content That Will Influence Our Short Form Content.”
“A Spoke Is A Piece of Short-Form Social Media Content.”
(The Content Operating System)
Kenapa model ini powerful?
Karena dia niru cara kerja industri kreatif lain:
🎵 Musisi: bikin album → single → teaser → live session → remix.
🎬 Film: bikin movie → trailer → poster → behind the scenes → interview.
📚 Penulis: nulis buku → blog post → kutipan → thread → talkshow.
Leverage.
Satu aset → banyak bentuk.
Biar lo gampang memahaminya, gue analogikan seperti ini:
✅ Tanpa leverage, lo kayak warung gorengan yang harus masak dari nol setiap hari.
✅ Dengan leverage, lo kayak pabrik roti yang sekali bikin adonan → bisa jadi roti manis, roti sobek, donat, roti isi.
Buat solo creator, leverage itu multiplier.
✅ Lo sendirian.
✅ Lo gak ada tim.
✅ Tapi sistem akan bikin effort lo keliatan kayak dikerjain secara rame-rame dan profesional.
Intinya:
➡️ Sistem yang cuma rapi itu biasa.
➡️ Sistem yang nge-leverage itu luar biasa.
3/ Kenapa Harus Punya Hub Content Sebagai Inti Sistem
Nah, lo udah ngerti kenapa sistem harus bisa nge-leverage.
Tapi supaya sistem leverage itu jalan, lo butuh pondasi kuat.
➡️ Itu yang gue sebut Hub Content.
Banyak kreator gagal karena mereka langsung lompat ke bikin Spoke/Traffic.
🎯 Tweet random.
🎯 Caption IG yang kurang menarik.
🎯 Thread tanpa konteks.
🎯 Story yang gak nyambung.
Kelihatannya aktif.
Tapi pesannya buyar.
➡️ Gak ada benang merah.
➡️ Audiens bingung lo sebenernya ngajak ke mana.
Hub Content itu solusinya.
✅ Satu konten inti yang mendalam.
✅ Tempat lo bener-bener jelasin ide lo.
✅ Jadi master copy buat semua channel lain.
Justin Welsh di The Content Operating System bilang:
“A Hub is Long-Form Content That Will Influence Our Short Form Content.”
Artinya:
➡️ Bukan sekadar bikin konten yang panjang.
➡️ Tapi bikin konten yang jadi “sumber”.
➡️ Jadi rujukan buat semua bentuk konten yang pendek.
Kenapa penting?
✅ Lo cuma bisa nyebarin ide kalau ide itu jelas.
✅ Lo cuma bisa potong-potong konten kalau “dagingnya tebel”.
✅ Lo cuma bisa adaptasi kalau ada core message yang solid.
Tanpa Hub, lo ibarat mau bikin kue tanpa cetakan. Selain capek, siapa yang mau kerja kalo kerjanya begitu?
Gue ulangin sekali lagi;
✅ Hub Content itu tempat lo nulis ide yang lengkap.
✅ Ngejelasin sudut pandang lo dengan lebih detil.
✅ Ngasih konteks yang lebih holistis.
✅ Dan utamanya, alat untuk lo bangun trust.
Itu kenapa newsletter mingguan gue (Weekly Possible) jadi tulang punggung.
➡️ Dari situ gue bikin tweet.
➡️ Jadi caption IG.
➡️ Jadi carousel.
➡️ Jadi hook reels.
➡️ Bahkan kadang jadi bahan live session.
Hub bikin semua channel punya cerita yang sama.
Bukan sekadar aktif, tapi konsisten.
Bukan cuma banyak posting, tapi satu suara.
Austin Kleon (Show Your Work) juga bilang:
“Your work is never finished. Think of it as a series of connected posts.”
➡️ Hub bikin lo berhenti mikir konten itu “1 post = 1 ide”.
➡️ Lo mulai liat: 1 ide bisa jadi banyak post.
✅ Intinya:
Kalau lo mau sistem konten yang jalan, bikin Hub dulu.
Biar lo punya source of truth yang bisa lo adaptasi ke mana-mana.
Tanpa Hub → Spoke/Traffic konten lo kayak anak ayam yang kehilangan induk.
“Bikin Hub itu bukan kerja tambahan. Itu cara bikin semua kerjaan lain jadi lebih gampang.”
Sekilas sebelum kita tutup:
Gue tahu banyak dari lo yang baca ini pasti mikir:
“Bang, gue juga pengen konsisten.
Gue juga pengen punya sistem kayak gitu.
Tapi gue bahkan belum ngerti cara bikin konten yang bener.”
Dan itu wajar banget.
Karena faktanya:
✅ Banyak orang mau jualan di Instagram,
✅ Mau bikin personal brand,
✅ Mau dapet leads atau bikin side hustle,
…..tapi gak ngerti fondasi paling dasar: cara bikin konten yang relevan dan nyambung.
Kalau lo ngerasa itu lo banget — gue mau bilang:
Lo gak sendirian.
Dulu gue juga gitu.
➡️ Posting asal.
➡️ Captionnya random.
➡️ Audiens bingung ini akun mau ngajak ke mana.
Baru bisa konsisten waktu gue ngerti sistemnya.
Mulai dari dasar banget.
Makanya gue bikin Instagram Mastery Course for Beginner.
📌 Buat lo yang pengen:
✅ Paham mindset konten yang bener.
✅ Nentuin niche & target audiens.
✅ Bikin konten pilar yang relevan.
✅ Bangun sistem konten sederhana tapi repeatable.
Semua yang gue pake sendiri — yang bikin gue bisa exist di sosmed tanpa tim.
Bukan cara viral murahan.
Bukan hack algoritma instan.
Tapi cara bikin pondasi konten yang bikin orang mau follow — dan percaya sama lo.
Kalau lo mau mulai belajar dari dasar, gue bikin kursus ini supaya bisa dipelajari kapan aja.
✅ Video pendek.
✅ Praktis.
✅ Bisa langsung diterapin.
👉 Lo bisa cek di sini: jadipossible.com/igcourse
Karena kalau lo mau konsisten tanpa tim,
Pertama-tama lo harus ngerti cara bikin konten yang bener.
Sahabat lo,
Baca juga edisi yang paling banyak dibaca orang:
6 dari 10 Kreator Gak Paham Aturan Algoritma Ini!
Hari ini gue mau bahas salah satu kesalahan paling sering yang dilakuin kreator konten:
Edisi minggu lalu:
Gue Gagal Konsisten Berkali-kali, Sampai Gue Sadar Satu Hal Ini!
Lo udah semangat. Udah ngerti niche. Bahkan udah tau konten kayak apa yang mau dibikin, tapi tetap gak bisa konsisten posting. Gagal di hari ke-14. Mulai lagi, terus gagal lagi.