Konsisten Ngonten Meski Cuma 2 Jam Sehari. Emang Bisa?
Cocok buat 9-5 yang sibuk ngantor. Lo Masih Bisa Bangun Audience dengan 2 Jam Per Hari Asal Tahu Caranya.
Banyak orang mikir bikin konten itu butuh full-time job. Faktanya? Konsistensi bukan soal berapa lama lo kerja, tapi gimana sistem yang lo punya.
Gue sendiri cuma butuh 2 jam per hari buat maintain ritme ngonten. Waktu yang realistis, bahkan buat orang yang kerja 9-5.
Di era sekarang, personal branding lewat sosmed udah jadi keunggulan individu. Apa pun profesinya—dokter, guru, karyawan, atau pebisnis—building audience itu jadi cara paling aman buat minimalisir risiko market ketika launching produk atau layanan baru.
Truth is: bikin konten cuma 2 jam per hari itu bukan mitos. Itu soal sistem yang tepat.
Singkatnya, bikin konten dalam 2 jam per hari itu possible banget. Caranya:
Fokus ke sistem, bukan mood,
Gunakan time-block kecil yang realistis,
Pahami prioritas: bukan semua konten harus lo kerjain sekaligus.
Sistem Ngonten Itu Penyelamat
Mood gampang banget berubah. Hari ini bisa semangat, besok bisa drop males banget. Kalau lo ngandelin semangat, jangan heran hasilnya bolong-bolong.
Makanya, sistem itu kuncinya. Sistem yang bikin lo tetep jalan meski lagi capek atau males. Sistem ibarat rel kereta: sekali udah kebentuk, lo tinggal jalan di jalurnya tanpa mikir terlalu banyak.
Austin Kleon di Show Your Work bilang, kuncinya bukan di seberapa jenius lo, tapi metodologi, rutinitas, kondisi, situasi yang lo rekayasa sendiri untuk menjaga lo tetap kerja meski gak ada yang ngawasin. Orang-orang yang kelihatan produktif di internet bukan karena mereka selalu semangat, tapi karena mereka punya sistem buat nunjukin prosesnya ke publik.
Bahkan hal sepele kayak nyatet ide di notes bisa jadi bagian sistem. Ide yang kelihatan receh hari ini, bisa lo olah jadi konten berharga besok. Bayangin kalau lo cuma ngandelin mood: begitu ide itu lewat, hilang begitu aja.
Tanpa sistem, lo akan selalu jadi korban atas mood lo sendiri. Dengan sistem, lo punya rel yang bikin proses lo lebih mudah.
Gue pribadi punya ritual kecil tiap malam. Buka laptop jam tertentu, 30 menit buat mindahin ide dari notes → draft kasar. Kalau ada sisa waktu, gue tambahin 15 menit buat riset kecil. Sisanya bisa gue edit di hari lain. Dengan pola ini, gue gak pernah bener-bener “kosong” stok konten.
Contoh nyatanya, waktu gue lagi hectic banget ngurus bisnis, gue tetep bisa ngejaga alur ngonten. Karena sistem gue udah jelas: jamnya fix, prosesnya jelas, outputnya bisa diprediksi. Jadi walau badan capek, konten tetep jalan.
Intinya: kalau lo punya sistem, mood itu cuma bonus. Kalau lo gak punya sistem, mood bakal jadi jebakan.
Time-block yang Realistis
Banyak orang gagal konsisten bikin konten bukan karena gak punya ide, tapi karena gak pernah nyediain waktu khusus. Akhirnya, ngonten selalu jadi sisa energi setelah kerja, setelah nongkrong, atau setelah semua hal lain kelar. Dan lo tau, sisa energi itu jarang banget ada.

Solusinya: time-block. Lo set slot waktu yang realistis dan dedicated. Gak usah ngarep punya 6 jam kayak full-time kreator. Cukup 2 jam per hari, tapi fix. Bukan multitasking sambil buka Netflix, tapi bener-bener waktu kerja.
Kenapa harus time-block? Karena otak manusia lebih gampang produktif kalau punya trigger waktu yang jelas. Begitu jamnya nyala, lo otomatis masuk ke mode kerja. Gak ada drama “nulis gak ya?” atau “mulai nanti aja deh.”
Gue sendiri bagi 2 jam jadi tiga blok kecil:
→ 30 menit buat research dan kumpulin referensi.
→ 1 jam buat nulis atau bikin draft.
→ 30 menit terakhir buat editing ringan.
Simple, tapi efektif banget buat ngejaga alur.
Joseph Sugarman di Adweek Copywriting Handbook bilang, copywriter harus bikin “slippery slide”—alur yang bikin orang kebawa terus baca. Prinsip ini juga berlaku di workflow. Bagi waktu lo jadi jalur yang ngalir: research → draft → edit. Lo tinggal ikutin step by stepnya, gak usah mikir panjang.
Bukan soal panjangnya durasi, tapi gimana lo ngubah slot itu jadi mesin produksi sederhana yang konsisten.
Kalau lo gak punya time-block, hasilnya sering sama: sibuk tapi kosong. Ide numpuk, tapi gak pernah jadi konten. Semangat ada, tapi keburu ilang sebelum satu paragraf kelar.
Time-block juga bikin lo terhindar dari burnout. Karena lo tau kapan harus mulai dan kapan harus berhenti. Batasan ini bikin energi lo tetap stabil buat jangka panjang.
Intinya: 2 jam per hari cukup banget asal lo punya jalur waktu yang jelas.
Poin 3 – Prioritas, Bukan Perfeksionis
Salah satu jebakan paling besar buat kreator pemula adalah pengen semua sempurna. Caption harus flawless, visual harus estetik, timing harus pas. Akhirnya, satu konten bisa kelar berhari-hari, bahkan ada yang gak jadi publish sama sekali.
Padahal, algoritma gak peduli sama kesempurnaan. Yang dia cari cuma satu: konsistensi. Lebih baik lo publish konten cukup baik setiap hari daripada nunggu masterpiece yang gak kunjung jadi.
Gue pernah ngalamin fase ini. Draft numpuk, folder penuh desain yang gak pernah keluar, cuma karena gue ngerasa “belum cukup bagus.” Hasilnya? Zero growth. Audiens gak bisa baca niat lo kalau lo gak pernah kasih mereka sesuatu.
IG Mastery Guide bilang jelas: awal-awal main sosmed, fokusnya bukan bikin karya sempurna, tapi bikin konten yang cukup baik + konsisten. Karena di tahap ini, lo lagi ngumpulin trust audiens, bukan pamer skill editing.
Prinsip 80/20 juga berlaku. 20% effort ekstra buat ngejar kesempurnaan biasanya cuma ngasih 5% peningkatan kualitas, tapi bikin waktu produksi molor 3x lipat. Buat kreator 9-5, ini jelas bunuh diri.
Jadi, yang penting: tentuin prioritas. Kalau tujuan lo bangun audience, fokus ke frekuensi dan value. Visual bisa nyusul, tools bisa belajar pelan-pelan. Tapi kalau lo gak pernah publish, semua persiapan jadi sia-sia.
“Audiens gak bisa nilai apa-apa dari konten yang gak pernah mereka lihat.”
Contohnya, gue sering publish tulisan yang menurut gue masih kasar. Tapi ternyata justru itu yang paling banyak disave atau dikomenin. Karena audiens lebih butuh kejujuran dan value daripada layout fancy.
Intinya: jangan perfeksionis di awal. Prioritaskan output konsisten. Karena konsistensi adalah sinyal paling penting buat algoritma maupun audiens.
So.. gini…
Konsistensi ngonten itu bukan tentang punya waktu luang yang banyak. Tapi gimana lo bikin sistem sederhana, time-block yang realistis, dan prioritas yang jelas. Dengan semua itu, 2 jam per hari cukup banget buat lo bangun personal branding dan audience yang solid.
Kalau lo punya sistem, waktu sesempit apa pun bisa jadi leverage.
Gue penasaran, kalau lo kerja 9-5, kira-kira 2 jam terbaik lo buat ngonten kapan? Pagi sebelum kerja, atau malam sebelum tidur? Reply email ini biar gue bisa tau insight lo.
Kalau lo mau sistem ngonten yang jelas dan terbukti bisa dipakai bahkan buat 9-5, lo bisa cek katalog gue di sini: jadipossible.myr.id.
Panduan Buat yang Lagi Stuck! → gratis, bantu lo keluar dari kebuntuan kreatif dan balik lagi ke jalur produktif. Lihat di katalog
Defining Your Niche Workbook → worksheet step by step yang bikin lo nemuin topik konten jelas, jadi lebih fokus dan gampang dapet audiens yang tepat. Lihat di katalog
Konten Pilar Workbook → bikin arah akun lo lebih terstruktur, jadi followers betah dan makin loyal. Lihat di katalog
Hookup 1M Views Template → 100++ template hook siap pakai yang bisa bikin konten lo lebih menarik dan berpeluang besar viral. Lihat di katalog
The Positioning Kit → mini tool yang bikin lo lebih pede ngejelasin value produk, biar audiens langsung paham dan inget kenapa produk lo beda dan layak dibeli. Lihat di katalog
Cuan Gurih Akun Nano → strategi monetisasi buat akun kecil (<10k followers) biar bisa dapet income konsisten meskipun tanpa harus viral. Lihat di katalog
📍 Semua produk digital gue bisa lo akses langsung di katalog resmi: jadipossible.myr.id