Produk Bagus Gak Cukup, Bikin Produk Lo Nempel di Kepala Market!
Newsletter ini akan bantu lo jawab 3 pertanyaan penting untuk ngerumuskan positioning produk — biar marketing lo gak sia-sia lagi.
Banyak produk gagal bukan karena kualitasnya buruk. Tapi karena orang nggak ngerti produk itu buat siapa, kenapa penting, dan apa bedanya dari yang lain.
Minggu lalu, gue bahas soal positioning untuk akun sosmed: gimana cara bikin konten lo punya rasa, target, dan sudut pandang yang khas. Sekarang kita bahas level berikutnya: brand positioning untuk produk.
Soalnya, lo bisa punya produk bagus, branding keren, desain kece — tapi tetap susah laku. Karena orang nggak ngerti posisi produk lo di kepala mereka.
Dan ini masalah yang jauh lebih umum dari yang lo kira.
Banyak orang mikir positioning itu soal logo, slogan, atau packaging. Padahal, real positioning itu soal persepsi: gimana lo pengen orang ngelihat dan nginget produk lo, tanpa lo harus jelasin panjang lebar.
Produk bagus tanpa positioning = susah nempel di kepala market (gak memorable).
Kalau lo nggak tentuin positioning lo dari awal, market yang bakal ngira-ngira sendiri. Dan seringnya justru salah tebak.
Yang terjadi akhirnya kayak gini:
Lo promosi terus tapi gak ada yang nyangkut,
Orang nanya, “bedanya sama yang lain apa?” dan lo bingung jawabnya,
Konten marketing lo jadi ngawang, karena pesannya nggak jelas.
Padahal kuncinya simpel: positioning itu soal kejelasan. Lo harus bisa jawab 3 pertanyaan ini:
Produk ini buat siapa?
Masalah spesifik apa yang dipecahkan?
Harusnya dianggap sebagai apa di benak si calon pembeli?
Kalau 3 hal ini jelas, semua marketing akan lebih mudah.
Copywriting lo lebih tajam. Konten lo lebih nempel. Dan yang paling penting: produk lo gak cuma dilihat... tapi diinget.
Di edisi ini, kita akan bahas cara ngerumuskan positioning produk dengan sederhana, tapi impactful.
Karena di dunia yang terlalu bising kayak sekarang,
yang paling jelas (clear), menang.
Breakdown Poin #1 — Produk ini buat siapa?
Seperti yang gue bilang, banyak bisnis kecil (dan bahkan yang udah jalan bertahun-tahun) gak bisa jawab pertanyaan ini dengan gamblang: "Sebenarnya, produk lo buat siapa?"
Mereka sering jawab:
"Ya buat siapa aja sih, semua orang juga bisa pakai."
Dan di situlah masalahnya.
Karena saat lo ngomong ke semua orang, gak ada satu pun yang benar-benar ngerasa, "eh ini buat gue."
“When you speak to everyone, you speak to no one.”
— Meredith Hill
📌 Positioning selalu dimulai dari audience.
Kalau lo gak bisa sebutin siapa orang yang paling butuh produk lo, maka produk lo akan selamanya bersaing lewat harga dan diskon. Bukan lewat makna dan relevansi.
Studi dari Harvard Business Review (2016) menunjukkan bahwa brand yang bisa menyampaikan value-nya secara relevan ke segmen tertentu, punya kemungkinan 2x lipat lebih besar untuk jadi top-of-mind di benak konsumen.
Dan menurut April Dunford (Obviously Awesome), targeting yang terlalu luas bikin orang bingung menaruh produk lo di kategori mana. Tanpa konteks, mereka nggak tahu ini "produk yang cocok buat gue" atau bukan.
🎯 Cara menentukan siapa produk lo cocoknya untuk siapa:
Lihat siapa yang paling sering beli produk lo (dan repeat).
Jangan nebak. Lihat data. Tanya mereka: kenapa mereka beli? Apa masalah mereka sebelum beli?Kenali aspirasi dan rasa frustrasi mereka.
Apa yang bikin mereka struggle? Apa yang mereka harapkan?Ucapkan target market lo dengan cara yang visual.
Bukan cuma: "buat wanita usia 25–40."
Tapi: "Buat ibu-ibu 9-5 yang pengen glowing tapi nggak sempat skincare-an sampai 7 step sempurna."Tes di lapangan.
Coba bikin landing page yang nyebut target spesifik. Lihat siapa yang klik. Lihat siapa yang beli. Positioning itu bukan cuma analisa, tapi harus through eksperimen juga.
Ingat: target sempit bukan berarti kecil. Tapi fokus. Dan fokus itu yang bikin pesan lo bisa lebih dalam, lebih tajam, dan lebih ngena.
#2 — Masalah spesifik apa yang produk lo pecahkan?
Setelah tahu siapa targetnya, pertanyaan selanjutnya adalah: mereka sebenarnya punya masalah apa?
Dan bukan cuma masalah umum, tapi masalah yang mereka sadari, mereka rasakan sehari-hari, dan mereka pengen selesaikan secepatnya.
“People don’t buy products. They buy solutions to their problems.”
— Donald Miller, Building a StoryBrand
Ini kesalahan umum kreator atau pebisnis baru:
Mereka sibuk nyebut fitur, teknologi, formula, keunggulan bahan — padahal audiensnya nggak terlalu peduli.
Yang mereka pengen tahu adalah:
“Ini bisa bantu gue apa?”
Contoh:
Jangan bilang: "Ini sabun dengan pH 5.5 dan triple moisturizing."
Lebih baik: "Sabun buat kulit sensitif yang bikin lo gak gatel dan merah tiap habis mandi."
Orang beli bukan karena tertarik. Mereka beli karena ngerasa “ini bisa nyelesein masalah gue.”
🔎 Gimana cara gali problem spesifik?
Dengerin customer ngomong — bukan tebak-tebakan.
Cek review, DM, komentar. Apa kata-kata yang mereka pakai waktu ngeluh?Cari bahasa sehari-hari, bukan istilah teknis.
Orang gak bilang: "saya kesulitan mengatur waktu dan produktivitas." Mereka bilang: "gue ngerasa gak ngapa-ngapain seharian."Ubah problem jadi kalimat yang relatable.
Contoh:
"Susah fokus kerja di rumah karena anak ngajak main terus."
"Gak pede buka kamera Zoom karena jerawat break-out parah!"Cari pain yang cukup dalam.
Semakin tinggi urgensinya, semakin mudah produk lo dibeli.
Lo bukan sekadar jual barang.
Lo jual ketenangan, rasa percaya diri, kenyamanan, penghematan waktu, kemudahan hidup — lewat bentuk fisik bernama produk.
Semakin tajam lo bisa deskripsiin problem audiens, semakin yakin mereka bahwa lo punya solusinya.
#3 — Produk lo seharusnya dianggap sebagai apa di benak market?
Setelah tahu siapa targetnya, dan tahu masalah spesifik yang lo pecahkan, sekarang kita masuk ke bagian krusial:
“Lo pengen produk lo dikenal sebagai apa di kepala mereka?”
Bukan cuma manfaat fungsional, tapi persepsi utama yang lo tanamkan. Ini yang nantinya jadi tempat produk lo duduk di benak customer. Alias: posisi lo di medan persaingan.
Kalau market nggak tahu produk lo itu masuk kategori apa — mereka bingung. Dan kalau mereka bingung, mereka skip.
“If you confuse, you lose.”
— Donald Miller
🧠 Positioning yang kuat = konteks yang cepat dimengerti
Contoh:
Gojek: bukan cuma “aplikasi ojek online” → tapi “solusi mobilitas + kebutuhan harian urban”.
Sakatonik ABC: bukan cuma vitamin anak → tapi “vitamin yang lucu, disukai anak, gak ribet dikasihnya/konsumsinya”.
Brodo (di awal): bukan sekadar sepatu lokal → tapi “sepatu kulit berkualitas buat cowok muda yang anti pamer tapi tetap stylish”.
Kalimat positioning yang kuat biasanya punya 3 elemen:
Kategori umum tempat lo main (biar gampang dimengerti)
Twist pembeda yang bikin lo beda dari pemain lain
Image mental yang langsung bisa dibayangin oleh target market
Contoh:
"Snack bar sehat untuk ibu-ibu aktif yang pengen ngemil tapi tetap mindful tentang jumlah kalori."
"Body serum harian yang dirancang khusus buat wanita berhijab yang kulitnya gampang gerah dan kusam."
Kalimat kayak gitu bikin orang langsung mikir, “Oh ini buat gue.”
Jadi sebelum lo jualan besar-besaran, tanya dulu ke diri sendiri:
“Kalau customer gue cuma bisa inget satu hal tentang produk gue, gue pengen mereka inget apa?”
Karena positioning yang bagus = shortcut buat diinget.
Orang gak selalu inget fitur, tapi mereka inget rasa.
Insight di newsletter ini penting.
Tapi akan jauh lebih berdampak kalau lo bisa langsung praktik dan nulis positioning produk lo sendiri.
Makanya, gue bikin The Positioning Kit:
🎯 Mini-tool berisi worksheet + contoh nyata buat bantu lo ngerumuskan positioning produk dengan jelas dan tajam.
Yang lo dapet:
Worksheet 3 pertanyaan kunci (versi isian),
Checklist evaluasi positioning lo,
10 contoh positioning dari berbagai produk & niche,
Bonus prompt buat narik benang merah produk lo.
💰 Harga: Rp19.999
📎 Format: PDF (isi langsung + tinggal adaptasi)
→ Lo bisa beli sekarang juga, dan langsung nulis positioning produk lo dalam 15 menit.
👉 Klik di sini buat dapetin kit-nya: [Link Produk Di sini]
🎁 Kalau lo VIP Member Jadipossible,
Cek portal akun Mayar segera — lo dapet aksesnya gratis!!!
Positioning bukan branding, dan bukan sekadar tagline.
Positioning adalah cara lo ngasih konteks cepat ke market tentang siapa lo, buat siapa, dan kenapa mereka harus peduli.
Tanpa positioning, marketing lo jadi boros. Semua campaign harus ngasih penjelasan panjang lebar. Setiap postingan jadi kerja keras. Dan audiens lo — bingung.
Tapi dengan positioning yang tajam:
Lo tahu siapa yang harus lo ajak ngobrol.
Lo tahu masalah apa yang harus lo bahas.
Lo tahu pesan apa yang harus lo ulang.
Dan dari situlah brand awareness bisa muncul — bukan dari iklan doang, tapi dari repetisi pesan yang nyambung.
Great brands grow from sharp positioning, not just great design.
Kalau lo belum pernah mendefinisikan positioning produk lo, sekarang saat yang tepat. Nggak harus sempurna. Tapi harus mulai.
Balik lagi ke 3 pertanyaan kunci:
Produk lo buat siapa?
Masalah spesifik apa yang lo pecahkan?
Lo pengen dianggap sebagai apa di benak market?
Jawaban dari tiga ini bisa jadi bahan dasar semua konten, campaign, dan strategi marketing lo ke depan.
Dan yang paling penting: It makes your product memorable — even before it goes viral.
See you at the next week ✌️
Sahabat Lo,