Tentang Pengaruh Jam Upload Terhadap Engagement Konten!
Apakah baiknya upload pagi, siang, sore, malam, atau dini hari? Kita bahas!
Banyak orang masih keukeuh nanya:
“Kalau upload jam segini bagus gak?”
Pertanyaan kayak gini sering banget gue dapet, baik di DM, reply thread, atau diskusi di komunitas. Masalahnya, semakin lama gue mendalami algoritma sosial media—gue makin yakin satu hal:
Waktu posting bukan faktor utama.
Dan hari ini, gue akan bahas kenapa gue berani bilang:
“Jam Upload Itu Gak Ngaruh: Yang Penting Bukan Kapan, Tapi Apa”
Algoritma Gak Peduli Jam
Banyak orang masih kebayang algoritma sosial media kayak TV prime time. Kalau lo tayang jam 7 malam, view pasti tinggi. Tapi realitanya nggak begitu.
Sistem sekarang—baik itu di Instagram, TikTok, bahkan X—udah bukan lagi time-based, tapi interest-based.
Konten lo gak dikasih exposure karena lo upload jam “emas”. Tapi karena orang lain tertarik sama konten lo, dan algoritma ngeliat konten lo bisa relevan buat mereka.
Platform akan terus push konten selama engagement-nya dianggap bagus. Bahkan, 80% dari performa konten seringkali justru datang beberapa jam hingga beberapa hari setelah diposting.
"Good content finds its way. Bad content dies fast, no matter the time."
Dan ini bukan cuma asumsi.
Di podcast 20VC with Adam Mosseri (Head of Instagram), dia pernah bilang:
“We don’t prioritize content based on what time it was posted. We prioritize based on what we think people will find most interesting.”
Dia juga menekankan bahwa algoritma mereka terus mengevaluasi konten secara dinamis, bukan statis. Artinya, konten yang relevan bisa naik view-nya meskipun diupload jam 11 malam, bahkan keesokan harinya.
Hal ini juga sejalan dengan sistem TikTok, yang disebut delayed viral algorithm—di mana sebuah konten bisa masuk ke FYP beberapa hari setelah diposting, selama metrik engagement-nya memenuhi kriteria.
“Algoritma itu kayak kurator selera, bukan penjaga waktu.”
Jadi, daripada lo sibuk mikirin “jam posting terbaik”, lebih baik fokus ke:
Apakah konten lo relevan sama pain atau keinginan audiens?
Apakah 3 detik pertama konten lo cukup kuat untuk bikin orang stay?
Apakah format dan konteks konten lo cocok dengan behavior platform?
Karena, pada akhirnya:
Konten yang bagus itu timeless.
Bukti Nyata: Dua Konten, Dua Waktu, Sama-Sama Meledak
Gue ngerti banget kalau lo masih skeptis. “Masa iya sih, jam upload gak ngaruh sama sekali?”
Gue kasih contoh nyata.
Gue pernah upload dua konten dengan gaya dan kualitas storytelling yang mirip. Satu gue posting jam 00.00 WIB, satu lagi sore hari.
Hasilnya?
Dua-duanya meledak.
Bukan karena jamnya. Tapi karena kontennya:
Relatable sama masalah banyak orang
Membangun rasa penasaran di slide pertama
Dan ada value yang bisa langsung diambil
Konten pertama tentang “80% orang dewasa nyesel karena satu hal ini” — viral walau tayang tengah malam. Konten kedua tentang “Jangan jual produk, jual cerita” — juga viral meski tayang sore.
Mau jam berapa pun lo posting, kalau kontennya kuat, dia akan jalan sendiri.
Yang nentuin konten lo rame itu bukan jamnya. Tapi, seberapa dalam dia nyentuh orang yang liat.
Psikologi Audiens Lebih Berperan
Konten yang jalan itu bukan karena "kapan", tapi karena siapa yang nonton, dan apa yang mereka rasain.
Lo bisa aja upload jam 7 malam, tapi kalau audiens lo capek abis kerja, otaknya udah penuh, dan konten lo butuh effort buat dipahami—ya skip. Tapi lo upload jam 11 malam, pas mereka lagi rebahan, buka HP, dan nemu konten lo yang ringan tapi relatable? Bisa jadi malah langsung disave, di-share, atau di-comment.
“People engage when they feel seen, not when you think they should be online.”
Ada banyak faktor yang lebih berpengaruh daripada jam:
Mood audiens saat buka HP
Situasi (lagi commuting, rebahan, antri di dokter)
Platform behavior (algoritma terus nge-push konten bahkan berhari-hari setelah upload)
Konten yang berbasis emosi (nyentuh rasa penasaran, sedih, nostalgia, atau aspirasi) cenderung menang jam berapa pun dia muncul.
Ini didukung oleh riset dari Nielsen Norman Group (2022) yang menunjukkan bahwa user attention span meningkat ketika mereka menemukan konten yang relevan secara emosional dan kontekstual, bukan karena waktu posting-nya.
Laporan dari Think With Google juga menguatkan hal ini:
"Winning the attention economy is not about when you post. It’s about understanding context, intent, and emotional resonance." — Think With Google, 2023
Artinya, konten yang bagus akan menemukan jalannya sendiri, selama dia bisa connect dengan momen dan mindset audiens saat itu.
Jadi, instead of stressing over posting time, fokus ke:
Siapa target lo dan kapan mereka paling receptive
Apa konteks hidup mereka saat mereka nemu konten lo
Gimana lo bisa jadi bagian dari micro moment mereka
Konten yang dirasa, bukan cuma dilihat, itu yang menang.
Final Takeaways: Fokus ke Apa yang Bisa Lo Kontrol
Dari semua yang udah gue bahas, jelas banget satu hal: lo gak bisa kontrol algoritma, tapi lo bisa kontrol cara lo bikin konten.
Yang lebih penting dari jam upload adalah:
Seberapa relevan konten lo buat audiens lo sekarang
Seberapa kuat hook lo dalam 3 detik pertama
Seberapa emosional dan relatable isi konten lo
Seberapa konsisten lo muncul di timeline mereka
Kalau lo butuh guidance praktis, ini beberapa hal yang bisa langsung lo terapin:
Stop nanya “Jam berapa bagusnya upload?” — ganti jadi: “Masalah apa yang bisa gue bantu selesaikan hari ini lewat konten?”
Mulai bikin konten yang berbasis insight, bukan spekulasi jam. Gunakan kata kunci, pain points, dan situasi nyata dari audiens lo.
Uji jam upload untuk tahu kapan lo dapet respon tercepat, bukan performa terbaik. Kadang jam upload bisa bantu lo dapet feedback cepat, tapi bukan jaminan engagement maksimal.
Analisa konten yang meledak — apa pattern-nya? Hook-nya? Format-nya? Emotional trigger-nya?
Jangan cuma posting, tapi nempelin rasa. Buat konten yang bikin orang ngerasa: “Ini gue banget.”
Penutup: Kapan Lo Posting Itu Bonus, Bukan Pondasi
Kalau ada satu hal yang gue pelajari selama bangun konten hampir tiap hari selama lebih dari setahun, itu ini:
Yang bikin konten lo naik itu bukan waktu, tapi makna.
Jam upload bisa jadi bonus kalau lo udah ngerti konteks audiens lo, tapi dia gak akan nyelametin konten yang biasa-biasa aja.
Mulai sekarang, daripada mikir “jam berapa nih bagusnya?”, coba ganti pertanyaannya jadi:
“Kenapa konten ini layak disimak?”
“Apa yang bisa bikin orang ngerasa ‘gue banget’ pas liat ini?”
“Kalau konten ini nongol jam 2 pagi, masih bisa bikin orang diem sejenak gak?”
Dan kalau lo udah tau jawabannya...
Posting aja. Sekarang.
Sahabat lo,
Strategi Cuan Akun Nano <10k Followers! [Studi Kasus Real dari Alumni Member VIP Jadipossible]
Dulu gue kira, biar bisa dapet uang dari sosmed, harus punya followers ribuan... harus viral dulu... harus sering masuk explore.
Ternyata enggak.
Salah satu alumni VIP membership @jadipossible, namanya Silke (@diskonkalori), dapet Rp39 juta pertama bukan dari konten yang sekadar viral, tapi dari strategi yang tepat. Akunnya bahkan waktu masih <5K udah bisa cuan dari jualan produk digital sampai Rp8jutaan.
Akhirnya gue ajak dia buat buka dapurnya di webinar "Cuan Gurih Akun Nano".
📅 Minggu, 4 Mei 2025
🕑 14.00–16.00 WIB | 📍 Live via Zoom
🎁 Dapet: Workbook eksklusif, recording, dan bonus dari komunitas Jadipossible
🎟️ Diskon 30% untuk 10 pendaftar pertama (kode: NANO25)
👉 Daftar sekarang sebelum slotnya penuh:
[Klik link ke halaman pendaftaran]
Karena yang cuan bukan yang paling rame. Tapi yang paling ngerti strateginya.